Jumat, 16 Agustus 2013

Nimbostratus #1


Selamat sore Jogja mendung!Sore ini Jogja mendung seperti hari-hari sebelumnya,aku duduk sendiri didepan teras rumah sambil mengamati awan kesukaanku.Nimbostratus.Entah apa yang membuatku menyukai awan ini,tapi ada salah satu penyebabnya yaitu dia.Dia yang menyita perhatianku selama ini.Namanya Raditya Rizki,sahabatku sejak kecil.Tetapi,rasa itu berubah menjadi rasa ingin dimengerti dan mencoba mengerti dia.Namun entah apa yang disarankan Radit terhadapklu,sama atau beda?berharap atau enggak?dan  semua pertanyaan tentang perasaan kami saling berebut muncul dipikiranku.
***
 “Ren, aku lagi suka seseorang nih!”Ucapnya padaku dengan senyum mengembang.
Aku mengernyitkan dahi, “Suka?suka gimana maksudnya?”Ucapku datar sebisa mungkin menyembunyikan rasa kecewaku.
Radit masih senyum-senyum sendiri,menerawang ke langit.Aku semakin heran siapa orang yang sedang Radit suka.
  “Dit...”Panggilku membuyarkan lamunan Radit.
Radit malah ketawa-ketawa sendiri, “Haha..kamu mau tau aja apa mau tau banget?” Tanyanya menggodaku.
Aku mengerucutkan mulut,cemberut. “Yaudah kalok gak mau beritau,gakpapa kok”Jawabku lalu meninggalkan Radit ditaman kompleks.
  Hari itu,setelah Radir mengucapkan hal itu,aku hanya bisa menerka-nerka siapa orang yang disuka Radit.Radit  memang jarang menceritakan teman-teman sekolahnya,lebih-lebih tentang cewek.Jadi siapa cewek beruntung itu? Tanyaku dalam hati.
Seminggu setelah kejadian di taman,Radit mengajakku pergi ke sebuah kafe.Tapi sejujurnya ini lebih tampak seperti kedai,kedai kopi.
  “Ada apa sih,Dit?Tiba-tiba ngajakin ngopi?”Tanyakku heran.Alu emang suka kopi,tapi?Tapi Radit bukan fanatic kopi.Dia bukan tipe orang yang suka begadang juga.
  “Jadi gini,aku butuh bantuanmu.Makanya aku ngajak kamu kesini”Jawabnya,tapi itu bukan jawaban yang aku ingin.Aku ingin yang jelas,to the point.
Aku Cuma manggut, “Bantuan apa?”Tanyaku lagi
Radit tampak ragu untuk mengucapkannya, “Tapi jangan bilang ke orangnya ya?”Ucap Radit seolah mengetes bisa tidaknya aku dipercaya.
Aku tartawa geli, “Orang apasih?Tau orangnya dan hubunagnnya sama kamu aja aku enggak tau.”Ucapku.
  “Ini tentang Eisti..”Ucapnya.Tawaku lenyap seketika mendengar nama itu, “Dia orang yang aku bilang ke kamu,Ren.Orang yang aku suka”Lanjut Radit.
Deg!Jantung ini terasa berhenti beberapa detik,lalu pikiran mulai menyusun skenario, “Yaampun!Risti temenku itu?Kenapa baru bilang sekarang sih,Dit!Ah..tembak aja kalik,gak usah ragu”Ucapku sumringah,menutup rapat perasaan yang benar-benar sudah berkeping-keping hancur.
Radit malah bingung dengan keantusiasanku, “Kamu yakin?”Tanya Radit
Aku mengangguk semangat, “Yaiya,yang namanya perasaan apalagi kamu itu cowok,kamu tu harus ngungkapin peraasaanmu itu”Munafik!Haha..perasaanku sama Radit aja gak aku ungkapin.
  “Kalok di tolak?” Tanya Radit polos.
Aku menghela nafas, “Kalok diterima?” Tanyaku balik
  “Ya aku senenglah,Ren”
  “Kalok ditolak berarti kamu bakal?”
  “Ya biasa aja.Cintakan gak mesti memilikilan?”
  “Nah!Kamu dah punya jawabanmu sendirikan.Yaudah sekarang tinggal jalanin aja.Ungkapin atau terima apapun yang bakal kejadian sama Risti”Ucapku panjang lebar
Radit tampak bingung, “Maksudmu...Risti jadian sama orang lain?”Tanyanya
  “Yaiyakan?”
  “Kalok ditolak kira-kira suasana berubah gak ya,Ren?”Ucap Radit sambil mengudak kopinya yang perlahan dingin.
Aku menopang daguku, “Emang kalok berubah,apa yang kamu takutin?Hm?”Tanyaku.Aku harap Radit masih ingat pertemanan kami dan menjawab takut kehilangan ‘kami’.
Srupuuuut..Radit meminum kopinya sebelum menjawab, “Aku takut Risti berubah terus ngejauhin aku”Jawab Radit.
Hahahahahahaha...’Selamat Rena!permintaan kamu belum bisa diterima’ dan jujur apapun yang aku rasain,aku berharap aku cepet pulang.
  “Ren,,”Radit mengibaskan tangannya didepanku
Aku menepis pelan tangannta, “Enggaklah,ada aku..”Ucapku
  “Oh iya,sekalipun ditolak,ada kamu yang bikin aku sama Risti tetep deket.Bantuin ya Ren,ya?Please”Pinta Radit
PLAK! ‘sadar Ren.orang didepanmmu Cuma mau manfaatin kedekatanmu sama Risti,sadar Ren!’Batinku,namun apadaya “Iya,aku bantuin”Ucapku pada Radit.
Sepulang dari Kafe,aku masuk ke kamar dan duduk ditepi jendela menerawang jauh keatas langit.Rasa kecewa menyelimuti hatiku lagi.Apa yang salah sama perasaanku?
  “Aku bahagia,Dit..bahagia kalok kamu bahagia,tapi kenapa bahagiamu enggak sama aku?Kenapa harus...”Ucapanku menggantung.
Aku berjalan menuju meja belajar dan mengambil sebuah bingkai foto.Disitu aku,Radit dan Risti, tiga sekawan berinisial ‘R’ tertawa diantara ilalang-ilalang.polos.
  “Apa yang salah dari pertemanan kita bertiga?apa yang salah dari semua rasa ini?”Aku menyapukan jariku ke bingkai dan menaruhnya kembali.
***
  “Hah!Pindah?!”
  “Iya,aku juga baru tau kemarin”
Radit pindah!Pikiranku kacau,aku gak pernah bayangin kalau bakal ada acara-acara pindah rumah.
  “Padahal akukan belom jadi nembak Risti”
  “......”
  “Berarti harus minggu ini,Ren”Ucap Radit.
Minggu depan Radir udah pindah dan Radit malah mikirin Risti?Cara nembak Risti?Terus aku kamu kemanain,Dit?
  “Besok bantuin cari sesuatu ya,Ren?”
Aku mengangguk, “Ya.Emang kamu mau nembak kapan?”Tanyaku
  “Lusa”Jawab Radit cepat
Asku tersenyum miris, “Oke”
Radit sedikit memikirkan sesuatu.Aku terdiam melihatnya,enggak lebih dari seminggu lagi Radit bakal pindah.Iya masih dikawasan Yogya,tapi tetep aja namanya pindah.Dan sekarang?Radit mikirin Risti.Risti?
  “Hei!”Sapa seseorang didepan gerbang rumahku.
Seorang gadis menggunakan celana pendek dan kaos berwarna biru dengan rambut digerai membuka pintu gerbangku.Dia Risti.
  “Lagi pada ngapain?”Tanyanya.
  “Ini lho Ris,Radit tu mau pindah”Ucapku
Risti menarik kursi disampingku, “Ha?Kamu mau pindah?Kemana?”
Radit Cuma nyengir, “Hehe..tetep di Jogja kok.Santau aja kita tetep bisa main kok”Jawab Radit.
Aku melihat Risti dari ekor mataku.Dia memang manis.Enggak salah kalau Radit suka sama dia.Tapi Risti masih anak kecil,maksudku seenggaknya aku sama Radit udah SMA dan Risti?Dia masih SMP.
  “Oya,lusa kamu ada acara gak,Ris?”Tanya Radit
Risti memutar bola matanya, “Kayaknya enggak.Kenapa?”Tanya Risti balik.
  “Kita main yuk”Ajak Radit
  “Ayok!Kan lama kita gak main bertiga..”
  “Kok bertiga sih,Ris?Berdua aja”Potong Radit
Oh God!Berdua?Jadi aku?aku enggak diajak?Risti bingung tetapi selanjutnya dua tertawa,dia mengira Radit hanya sekedar menggodaku.
  “Kok ketawa sih,Ris?”Tanya Radit bingung, “Lusa Rena enggak bisa jadinya kita berdua aja”Ucap Radit bohong.
  “Iya,Ris.aku ada acara besok lusa”Ucapku ikut berbohong.
  “Oh..gitu.Ya liat besok ya”Jawab Risti.
***
Aku dan Radit menyusuri tempat penjualan bunga didaerah Kota Baru.Ia ingin membeli bunga untuk Risti,Radit mengambil beberapa bunga dan membayarnya,
  “Nih,Ren buat kamu”Ucap Radit sambil memberi crown diatas kepalaku.
Aku tersenyum, “Makasih ya,Dit”
  “Haha..Iya aku tau kok kamu jomblo dan gak pernah dapet bunga”Ejek Radit.Tetapi aku seneng,Ini emang bunga pertama dan ini dari Radit.
Aku senyum-senyum sendiri sambil naik ke motor Radit.Radit emang mungkin untuk Risti tapi Radit..dia juga mungkin buat aku.Mungkin.
  “Ren!”Teriak Radit membuyarkan lamunanku
  “Apa?”Tanyaku
  “Cari makan dulu ya.Laper”Ucap Radit
  “Ya terserah kamu aja”
Aku dan Radit makan disekitaran Keraton.Hawa malam mulai merasuk ke dalam tubuh,secangkir wedang jahe menemaniku dan Radit.Enggak lebih dari 24jam lagi Radit gak bakal bebas pergi sama aku kayak gini,
  “Dit”
  “Hm?”
  “Kamu..kamu yakin diterima?”Tanyaku ragu-ragu
Radit menghela nafas, “Gak taulah,Ren.Kamu jangan  bikin galau dong”Ucapnya.
Aku tersenyum miris untuk kesekian kalinya.Kalok emang mereka bakal jadian aku bisa apa?
  “Oh,iya.Aku punya ini nih!”Radit mengambil sebuah foto dari dompetnya.
  “Jengjeng!”
  “Eh?Bagus!”Ucapku terkesima dengan foto senja, “Buat aku?”
Radit menganguk, “Itu temen aku yang foto,namanya Ello.Baguskan?”
Aku mengangguk, “Makasih ya”
***
Tuhan emang mungkin pernah kasih waktu buat aku sama kamu jadi kita,Dit.Mungkin sekarang waktunya kamu dan dia jadi kalian.Entah waktu untuk kita habis atau waktu itu kita nyia-nyiain waktu dan Tuhan gak suka orang yang menyia-nyiakan waktu maka dati itu kita kembali menjadi aku dan kamu.
  “Lhoh kan kemaren kamu sendirikan Dit yang bilang perginya Cuma kalian berdua”Tolakku saat Radit mengajakku ke rumah Risti.
  “Kan itu bohongan,Ren.Ayolah..masak aku sendirian ke rumah Risti”Elak Radit.
Aku harus cari cara.Tiba-tiba hapeku bunyi,emang itu nada sms tapi aku pura-pura mengangkat telepon.
  “Halo..” “Oh..iya lupa” “Kapan?” “Sekarang?” “Oke” lalu aku menutup telepon.Pura-pura.
  “Duh..sori.Kayaknya emang gak bisa,Dit.”Ucapku
  “Lhoh,kenapa?”
  “Aku harus balikin buku temenku.Sori yaa”
Radit cemberut, “Ah..Rese!”
  “Hehe,Good Luck ya”
  “Yaudah deh,aku pamit ya,Ren.Do’ain”Pamit Radit.
Radit pergi.Mana mungkin aku bisa liat orang yang aku sila nyatain rasa ke orang lain.Sama kayak sekuat-kuatnya batu suatu saat dia pasti terkikis,hancur dan apapun yang mengatakan bahwa batu bisa lenyap.Atau mungkin aku itu Good Office,orang yang nyelesaiin sengketa(cinta) tapi Cuma sebagai mediator penghubung dan gak berhak buat ambil keputusan,Good luck,Radit.
Aku masuk kedalam kamar.Foto senja aku ambil dan duduk dijendela.Mungkin senja akan datang seindah difoto ini tepat didepan mataku,tanpa kamu.Mungkin sekarang Radit udah sampek dirumah Risti,udah nyatain dan..
Kring..kring..kring..
Hapeku berdering dan nama Radit muncul dilayar.
  ‘Halo?’
  ‘Ren ini aku!’Teriak Radit diseberang telepon
  ‘Iya,kenapa?’
  ‘Aku diterima...’
Deg!Ini bakal jadi berita bagus kalau aku lagi nunggu kabar Radit naik kelas atau lulusan tapi ini..
  ‘Aku jadian!’
  ‘........’
  ‘Rin?kamu masih disana kan?’
Aku mengela[ air mata dan menatap atap beberap detik sambil menggigit bibir bawahku.getir.
  ‘Hey..iya!selamat ya!PJ-nya..’
Radit tertawa diseberang telepon, ‘Iya..santai aja.Udah dulu ya,Ren’Radit menutup pembicaraan kami.
  Aku membuang hapeku ke atas tempat tidur,tubuhku ambruk diatasnya,Aku mencoba menghilangkan rasa getir tapi semua sia-sia.Aku menangis.
***
Minggu berikutnya Radit pindah rumah,aku sempet dateng ke rumahnya sebelum dia pindah,tapi berhubung enggak dianggep karena ada Risti,aku putusin buat cari alasan dan pulang.
Hari demi hari aku laluin,semenjak Radit pindah aku sama dia jadi jarang komunikasi,di twitter dia juga jarang online.Pokoknya kayak udah gak kena sama Radit.Dan berita paling hebohnya..
  ‘Apa?jadi kalian putus?’Sontak aku bertanya
  ‘Iya.Ya gimana ya,Ren.Gak kayak yang aku harepin’Ucap Radit via telepon
Aku mengelus belakang leherku, ‘terus gimana sekarang?’
Radit terdengar menghela nafas, ‘Yang penting masih adda kamu,Ren’
  ‘Lagipula mending pertemanan kitakan dari pada pacaran?’Lanjutnya
  ‘Emang gak bisa lebih ya?’
  ‘Ha?Maksudnya?’
Aku gelagapan karena ucapanku, ‘Eh,enggak.ini lgi chat sama temen minta pendapat harga.Eh,udah dulu ya,Dit.’
 ‘Oh,oke.makasih ya,Ren buat semuanya’
Aku mengangguk dan tersenyumm walau Radit  gak tau, ‘Iya.Dah..’ Aku mengakhiri telepon
Radit putus?Jadi aku harus seneng gak sekarang?Seneng karena Radit balik lagi ke aku atau biasa aja karena Radit gak mungkin buka hati buat aku?Mungkin aja Radit trauma pacaran sama temen sendiri?
Aku mencoba berpikir realistis,berpikir kalau temen bakal jadi temen aja.Dan belajar dari kata jarang ada orang putus bisa jadi temen .Tapi menurutku itu gak berlaku buat Radit sama Risti.mereka akur-akur aja.Yaemang sekarang Radit jadi lebih mihak ke aku.Tapi apa ini artinya dia buka hari buat siapa aja termasuk aku?
Radit emang berubah!Dia mulai perhatian ke aku dari hal kecil ,misalnya nanya lagi apa?atau udah makan belum?Kadang satu minggu bisa nelpon sampek tiga kali.Tapi kenapa aku jadi berpikir aku pelarian?Tau kenapa?Karena ucapan Radit kemaren lusa.
  ‘Ren,Bisa gak sih aku balikan sama Risti?’Tanyanya di chat facebook.
  ‘Bisa aja..kenapa?’
  ‘Tapi aku ragu aja,aku malah nyaman sama kamu’Balasnya
Aku senyum tapi tak banyak  berharap, ‘Nyaman?Yakan kita temen,emang seharusnya kita saling nagsih kenyamanan kan?’
  ‘Kayaknya aku bakal jadi orang yang takut jatuh cinta deh,Ren’
  ‘Alah,apa bangetsih bahasamu,Dit.Galau abeezz!’
  ‘Beneran nih,Ren’
  ‘Iya.aku kasih tau sesuatu.’
  ‘Apa?’Tanya Radit
  ‘Hear to Heart’
  ‘Ha?Heart to heart kalik’Sanggah Radit
  ‘Bukan,ini beda!Hear to heart maksudnya gini..’
  ‘Didalam kata heart itu ada kata hear yang artinya mendengar.Kamu harus dengerin kata hato.Tapi gak semua kata hatimu,itu namanya egois.Kamu ibaratin aja kata heart disitu hati orang lain,jadi kamu harus ngerasain ada diposisi orang itu’ Lanjutku
  ‘Duh..dalem banget,Ren.Curhat ya?Di PHP sapa?’Ejek Radit
  ‘Aku serius -___- ’
  ‘Haha..yaudaah,Ren.Aku off ya.Dah..’
Aku menghela nafas, “Suatu saat,Dit.Suatu saat kalau Tuhan udah ngizinin kita jadi ‘kita’ “Batinku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sewindu Bersama Bayang Semu

kan pernah aku bilang, jangan menunggu terlalu lama kan pernah aku bilang, jangan menjaga kepastian yang hampa kan pernah aku bilang, jang...